Siti Nadiroh, Bidan Cantik dengan Kerelaan Mengabdi untuk Masyarakat Desa

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bekerja di Rumah Sakit, Klinik atau magang ditempat praktek dengan fasilitas mentereng, pasti menjadi dambaan para lulusan Akademi Kesehatan. Rumus itu justru tidak menjadi pilihan Bidan Siti Nadiroh.

Bidan jebolan D3 Kebidanan Akademi Kesehatan (Akes) Rustida, Krikilan, Glenmore, Banyuwangi, tahun 2016, ini justru lebih memilih mengabdi untuk masyarakat desa. Tepatnya, dia memutuskan untuk praktik di Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes), di desa kelahirannya, Desa Tambong, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Sebagai jiwa muda, Nadiroh, sapaanya, sebenarnya sangat memendam rindu pada hingar bingar pergaulan. Menikmati berbagai kemudahan hidup di perkotaan. Atau sesekali bergumul akrab dengan rekan profesi sebaya.

Tapi semua ikhlas dia pendam, putri pasangan Hudhori dan Haniffah, warga Dusun Kejoyo, Desa Tambong, ini keukeuh berkomitmen pada alasan kemanusiaan.

“Tidak masalah saya hanya berada disini, saya sudah cukup senang karena bisa memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat, apalagi desa kami berada dipelosok dan jauh dari rumah sakit,” kata Nadiroh pada TIMES Indonesia, Rabu (7/8/2019).

Keputusan untuk berkiprah di Ponkesdes, sebenarnya bukan pilihan mudah. Gadis pemalu kelahiran 17 Desember 1994 tersebut bisa saja kehilangan separuh masa depan profesinya, karena terancam tidak bisa mendapat Nomor Induk Bidan (NIB).

Karena, untuk memiliki NIB, dia wajib menjalani magang ditempat praktek Bidan senior, minimal selama 3 tahun. Serta mendapat rekomendasi dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Banyuwangi. Sementara Nadiroh, hanya pernah magang selama 2 tahun ditempat praktek Bidan Nusaibah, Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng. Hingga akhirnya, dia diminta Pemerintah Desa Tambong, melalui Kepala Desa (Kades) Didik Budi Hartono SE, untuk mengabdi di Ponkesdes.

“Sebelumnya, Ponkesdes tidak bisa memberi pelayanan 24 jam, misal saat malam hari ada warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan, tidak terlayani. Dan itu yang membuat saya terpanggil,” ungkapnya.

Selama jam kerja normal, per hari Ponkesdes Desa Tambong melayani 10 sampai 15 orang pasien. Namun, itu masih pekerjaan ringan. Karena pada jam kerja normal, bidan berkulit kuning bersih ini masih praktek bersama Abdul Karim, perawat Puskesmas Kecamatan Kabat. Dibantu sejumlah kader Ponkesdes.

Memasuki sore hingga malam, disitulah keteguhan hati Nadiroh teruji. Dia harus menjadi malaikat kesehatan bagi ribuan masyarakat Desa Tambong. Yang siap datang kerumah warga untuk memberi pelayanan walau ditengah malam.

“Kadang jika ternyata harus segera dirujuk ke rumah sakit, ya kita antarkan dengan ambulans desa,” cetus Nadiroh. (17 Desember 1994)

Di sela waktu luang, komitmen profesi masih juga dia pegang. Gadis muda pemilik bintang Sagitarius ini bukanya memilih shoping atau sekedar jalan-jalan. Terlebih ketika ada bidan senior sekitar yang membutuhkan bantuan untuk menolong proses persalinan.

“Kadang membantu di Bidan Indah Nur Halawah, Dusun Krajan, Desa Tambong, kadang juga di Bidan Nur Syamsiah, Desa Macan Putih,” jelas Nadiroh.

Perjuangan Bidan Siti Nadiroh ini terbilang cukup luar biasa. Dia masih muda, namun memiliki kepedulian dan rasa kemanusiaan tinggi pada masyarakat dengan mengabdi di Ponkesdes Desa Tambong, Kecamatan Kabat.

source: www.timesindonesia.co.id/read/news/224091/siti-nadiroh-bidan-cantik-dengan-kerelaan-mengabdi-untuk-masyarakat-desa

 

Leave a comment